Kamis, 09 Februari 2012

Pengertian generalisasi, periodisasi, dan kronologi


a.       Pengertian generalisasi
Generalisasi adalah pekerjaan untuk menyimpulkan dari khusus ke umum. Karena sejarah berkedudukan sebagai ilmu, maka didalam membahas fakta-fakta dari sebuah peristiwa perlu digeneralisasikan terlebih dahulu. Dari generalisasi-generalisasi tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peristiwa tertentu. Selain itu dari proses generalisasi dapat ditemukan kebenaran-kebenaran terhadap fakta-fakta yang mendukung terjadinya sebuah peristiwa. Meskipun demikian kebenaran-kebenaran itu sifatnya tidak abadi, akan tetapi pada suatu saat akan ditemukan kebenaran-kebenaran baru yang didukung oleh bukti-bukti konkrit yang lebih kuat kedudukannya.
Dalam disiplin ilmu sejarah ada dua macam tujuan generalisasi, sebagai berikut :
1.      Generalisasi Saintifikasi merupakan generalisasi yang sifatnya umum untuk mengecek teori yang lebih luas karena sering kali berbeda dengan generalisasi ditingkat yang lebih sempit.
Contoh :
a.   Bagi kaum Marxisme bahwa semua revolusi dianggap perjuangan sebagai perjuangan kelas. Hal ini kemudian digunakan untuk menganalisis Revolusi Perancis, kemudian dipakai untuk semua revolusi.
b.   Demikian pula di Indonesia, dimana Tan Malaka dalam bukanya Massa Actie menyusun periodisasi sejarah Indonesia dimulai dari migrasi bangsa Yunan samai perebutan kekuasaan antara rakyat miskin dengan kaum imperialis. Karena Tan Malaka menganut Marxisme maka didalam menyusun generalisasi sejarah Indonesia tidak obyektif.
Akan tetapi generalisasi kaum Marxisme terbukti tidak benar, karena masih terdapat kaum tani ( miskin ) yang tidak melakukan perjuangan kelas, tetapi lebih senang bersama kaum borjuis atau kapitalis.
2.      Generalisasi Simplifikasi merupakan generalisasi yang sifatnya sempit dan sederhana. Maka dalam menentukan simplifikasi terlebih dahulu menyusun periodisasi atau generalisasi periodik untuk mengklasifikasi peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahapan-tahapan atau pembabakan tertentu. Dengan adanya klasifikasi maka akan mempermudah seorang ahli sejarah dalam menganalisa suatu peristiwa.
b.      Pengertian periodisasi
Peristiwa-peristiwa sejarah terjadi dalam rentang waktu yang sangat lama dan panjang. Dalam rentang waktu yang demikian panjang tersebut sudah muncul banyak sekali kejadian-kejadian yang dimulai sejak munculnya kehidupan manusia sampai sekarang. Maka tidaklah mungkin seorang ahli sejarah dapat menganalisis seluruh peristiwa yang jumlahnya sedemikian banyak.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut maka terlebih dahulu seorang ahli sejarah perlu menyusun periodisasi sejarah. Sudah barang tentu peristiwa-peristiwa sejarah diklasifikasi menurut jamannya masing-masing. Tujuan penyusunan periodisasi dan klasifikasi adalah untuk membantu dan mempermudah ahli sejarah dalam menganalisis kejadian atau peristiwa.
Penyusunan periodisasi sejarah berdasarkan pada terjadinya peristiwa yang mempunyai tiga dimensi yaitu ruang ( spasial ), waktu ( temporal ) dan tema tertentu ( tematis ). Dalam perodisasi tersebut maka peristiwa-peristiwa yang sudah diklasifikasi disusun kembali berdasarkan pada urutan-urutan waktu terjadinya sebuah peristiwa.
c.   Pengertian Kronologi
Ilmu sejarah berhubungan erat dengan perkembangan manusia yang diliputi oleh perkembangan mulai dari taraf yang paling sederhana sampai ketaraf yang paling kompleks. Dalam setiap perkembangan kehidupan manusia itu diwarnai denganterjadinya berbagai peristiwa baik kecil maupun besar. Dengan adanya kompleksitas peristiwa-peristiwa tersebut maka perlu diklasifikasi berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwanya. Selanjutnya peristiwa-peristiwa tersebut disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kajadian dari peristiwa.
Kronologi adalah urutan waktu peristiwa yang disusun berdasarkan waktu terjadinya. Secara etimologi ( dari segi bahasa ) kronologi berasal dari kata chronos berarti waktu dan logos berarti ilmu, jadi kronologi adalah ilmu tentang waktu. Menurut Alexander de Xenopol bahwa peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang dipelajari oleh Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sedangkan peristiwa yang berurutan ( succesion ) merupakan objek ilmu sejarah. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta menjelaskan bahwa kronologi adalah ilmu pengukur berdasarkan kesatuan waktu dan urutan-urutan waktu dari sejumlah peritiwa tertentu. Adapun penyusunan peristiwa sejarah berdasarkan kronologi adalah untuk menghindari kerancuan atau anakromisme waktu dalam sejarah sehingga peristiwa dari satu jaman tidak akan masuk pada jaman yang lain. Disamping itu, tujuan yang lain adalah untuk memperoleh pemahaman yang baik dalam mempelajari sejarah dengan memperhatikan kronologi kejadian yang dimulai dari latar belakang, proses terjadinya peristiwa, sebab akibat, tempat, tanggal, bulan, tahun dan tokoh sejarah.
Dalam konsep kronologi peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau dapat direkonstruksi kembali secara tepat berdasarkan urutan waktu. Adapun cara yang digunakan untuk menunjukkan tatanan kronologi adalah menggunakan garis waktu dengan membaginya dengan periode yang panjang. Ada berbagai macam urutan waktu yang digunakan dalam menyusun kronologi ada yang menggunakan tahun masehi yang dimulai dari kelahiran Nabi Isa, serta ada yang menggunakan tahun Islam yang dimulai dari hijrahnya Nabi Muhammad S.A.W. dari Makah ke Madinah.

Kedudukan Sejarah


3.   Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni
Sejarah merupakan peristiwa yang pernah dialami oleh manusia pada masa lampau. Kemudian peristiwa-peristiwa tersebut dikisahkan kembali setelah terlebih dahulu dikaji berdasarkan metodologi disiplin ilmu sejarah. Sehingga kisah tentang peristiwa sejarah tersebut dapat dipercaya kebenarannya, karena didasarkan pada bukti-bukti autentik yang berhubungan dengan ruang, waktu dan manusia.
Agar didalam memaparkan kembali peristiwa-peristiwa tersebut dapat menggambarkan pada kejadian yang sesungguhnya, maka dibutuhkan daya imajinasi yang kuat. Di mana dalam memaparan kembali peristiwa sejarah tersebut, seorang penulis harus dapat membayangkan tempat, waktu dan tokoh-tokoh yang berperanan pada saat peristiwa itu terjadi.

a.       Sejarah sebagai peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa ( history as event ) merupakan sejarah sebagaimana terjadinya peristiwa ( histoir realite ) yang berhubungan dengan perubahan didalam kehidupan manusia. Oleh karena itu peristiwa sejarah harus saling berkaitan dengan peristiwa yang lain, serta memiliki hubungan sebab akibat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau menjadi materi yang sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah.
Menurut R. Mohammad Ali sejarah sebagai peristiwa ( res gestae ) disebut sejarah objektif karena menunjuk pada peristiwa atau kejadian itu sendiri. Sejarah sebagai peristiwa hanya berlangsung satu kali serta tidak memuat unsur-unsur subjektif baik pelaku maupun saksi sejarah. Tidak semua peristiwa menjadi sejarah apabila tidak ada hubungannya dengan peristiwa yang lain.
b.      Sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai kisah ( history as narative ) adalah cerita sejarah yang disusun  dari catatan, kesan dan tafsiran manusia terhadap kejadian yang berlangsung pada masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa bersifat subjektif karena dipengaruhi oleh latar belakang kepribadian dan sifat sejarawan. Sejarah yang demikian ini dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai cerita tertulis yang dapat dibaca oleh setiap orang dalam majalah, koran, tabloid dan sebagainya.
Menurut Huizinga seorang sejarawan dari Belanda mengatakan bahwa sejarah adalah suatu kisah yang telah berlalu. Sejarah sebagai kisah ( histoire recite ) mencoba menangkap dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya ( histoire realite ). Sejarah seperti ini merupakan narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan dan tafsiran terhadap kejadian masa lampau. Maka sejarah seperti ini bersifat subjektif karena dipengaruhi oleh faktor-faktor kepentingan dan nilai yang diperjuangankan, kelompok sosial, perbendaharaan pengetahun yang dimiliki, serta kemampuan bahasa yang dimiliki.
Setiap kejadian masa lampau meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sangat penting sebagai sumber untuk menyusun kisah sejarah. Jejak-jejak sejarah berisi rangkaian kejadian dalam lingkup kehidupan manusia yang menjadi sumber penting untuk penulisan sejarah. Penulisan sejarah sebagai kisah tidak hanya melihat sebagaimana suatu peristiwa itu terjadi, tetapi harus memperhatikan faktor-faktor pendukung munculnya peristiwa.
c.       Sejarah sebagai ilmu
Untuk memahami sejarah sebagai ilmu terlebih dahulu harus mengerti apa itu pengertian ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dan logis untuk menerangkan gejala-gejala alam dan sosial. Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui melalui cerita orang lain, mengalami sendiri dan penelitian ilmiah. Apabila pengetahuan tersebut diperoleh dengan mendengarkan cerita orang lain belum lengkap karena tidak disertai dengan bukti-bukti. Pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman, kebenarannya tergantung pada ketajaman panca indera. Sedangkan pengetahuan yang didasarkan pada penelitian kebenarannya lebih kuat karena didukung oleh fakta dan data ilmiah.
Sebagai ilmu maka sejarah memiliki metode ilmiah yang terdiri dari tiga aspek, yaitu :
1.      Aspek teoritis yaitu menemukan prinsip-prinsip pemecahan masalah untuk mencapai kebenaran sejarah.
2.      Aspek metodologi yaitu mencari cara untuk menemukan kebenaran sejarah melalui proses menguji dan menganalisa secara kritis terhadap sumber dan peninggalan sejarah.
3.      Aspek teknik yaitu ketrampilan tertentu untuk menggunakan sarana penelitian ilmiah agar dapat memperoleh kebenaran sejarah.
Tugas ilmu sejarah adalah untuk memahami, menerangkan dan menghidupkan kembali sebagian masa lampau. Maka Leopold von Ranke menganjurkan kepada para sejarawan untuk menulis apa yang sesungguhnya terjadi, maka sejarah akan menjadi objektif. York Powell mengatakan bahwa sejarah bukan sekedar cerita indah, instruktif dan mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan. Sehingga terjadi pemisahan antara sejarah ilmiah dengan sejarah populer, sebagai berikut :
1.   Sejarah ilmiah dikenal sebagai sejarah akademis yang dalam pembahasannya menggunakan metode ilmiah, sehingga terkesan kaku bila dibaca. Penggunaan metode ilmiah dimaksudkan untuk menghindari kesalahan-kesalahan bahkan memperkecilnya sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
2.   Sejarah populer berdasarkan sastra, sehingga menarik untuk dibaca tetapi tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.
d.      Sejarah sebagai seni
Penulisan karya sejarah sebagai kisah menggunakan sumber-sumber sejarah yang diperoleh melalui penelitian. Sumber tersebut adalah berupa dokumen, arsip, data statistik dan catatan-catatan peristiwa. Meskipun sejarah disusun dengan metode ilmiah, namun dalam penyajiannya harus memperhatikan unsur keindahan bahasa, seni penulisan dan kemampuan berpikir ilmiah.
Sejarah adalah pengetahuan tentang rasa yang dalam penyajian peristiwa-peristiwa masa lampau memerlukan pemahaman dan pendalaman akan bahan-bahan yang dipelajari. Pemahaman terhadap jiwa sejarah hanya mungkin dapat dilakukan oleh seni, sedangkan metode ilmiah bermanfaat untuk menguji arti dan nilai bahan sejarah. Maka pemahaman sejarah secara imajinatif akan menjadikan fakta sejarah lebih berarti dan lebih hidup. Dengan melibatkan emosi dalam penulisan sejarah, maka akan dapat mewariskan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam setiap peristiwa atau kejadian.
Sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan objektifitas yang berarti tidak ada kesesuaian antara fakta dengan penulisan sejarah. Karena seni merupakan hasil imajinasi maka yang terjadi adalah unsur-unsur subjektifitas dan masih terdapat pandangan individu maupun kelompok dalam penulisan karya sejarah.

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Sejarah

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap kedudukan sejarah sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, terlebih dahulu kalian harus dapat memahami pengertian sejarah serta aspek-aspek lain yang termasuk sejarah.
1.      Pengertian sejarah
a.       Asal-usul kata sejarah menurut bahasa Arab, Inggris, Yunani dan Jerman
Secara etimologi kata sejarah mempunyai arti yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan arti kata sejarah menurut bahasa yang berbeda-beda. Marilah kita pelajari perbedaan arti kata sejarah menurut Arab, Inggris, Yunani dan Jerman sebagai berikut :
1.      Arti kata sejarah menurut bahasa Arab
Dalam bahasa Arab sejarah berasal dari kata syajaratun yang artinya pohon. Maka sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang mulai dari tingkat yang sederhana sampai pada tingkat yang lebih kompleks dan lebih maju. Di mana proses pertumbuhan pohon itu sendiri dimulai dari akar yang kemudian membentuk dahan, cabang, ranting dan daun.
Demikian pula sejarah perkembangan umat manusia yang dimulai dari sepasang umat manusia yang terus melahirkan keturunannya. Dari keturunannya tersebut maka umat manusia dapat berkembang biak sampai terbentuk menjadi bangsa dan suku-suku bangsa.
2.      Arti kata sejarah menurut bahasa Inggris
Dalam bahasa Inggris sejarah berasal dari kata history  yang artinya masa lampau umat manusia. Setiap manusia mempunyai masa lampau, baik yang menyenangkan atau yang menyedihkan, yang dapat menimbulkan kenangan maupun yang dapat membawa perubahan bagi orang lain.

3.      Arti kata sejarah menurut bahasa Yunani
Dalam bahasa Yunani sejarah berasal dari kata historia  yang artinya apa yang diketahui, sehingga berhubungan dengan pengetahuan. Sejarah berhubungan dengan perkembangan pengetahuan umat manusia mulai dari yang sifatnya sederhana sampai yang paling kompleks.
Pada awalnya manusia tidak dapat membaca dan menulis, karena pertumbuhan organ-organ fisiknya belum sempurna. Hal ini dialami oleh manusia praaksara jenis Meganthropus, Pithecantropus dan Homo. Tetapi setelah organ fisik manusia seperti mulut, bibir dan lidah, otak dan lain-lain berkembang dengan lebih sempurna, maka dapat digunakan untuk berbicara, berpikir serta aktifitas-aktifitas yang lain.
4.      Arti kata sejarah menurut bahasa Jerman
Dalam bahasa Jerman sejarah berasal dari kata geschicht  yang artinya sesuatu yang telah terjadi. Kata sejarah baik yang berasal dari bahasa Jerman geschicht  maupun Inggris history  kedua memiliki kesamaan arti. Yang dimaksud dengan sesuatu yang telah terjadi adalah masa lampau umat manusia. Karena masa lampau umat manusia berhubungan dengan kajadian atau peristiwa yang pernah dialaminya.
b.      Pengertian sejarah berdasarkan asal-usul kata
Dari uraian arti kata sejarah yang berbeda-beda tersebut maka dapat diperoleh pengertian sejara adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa lampau dalam kehidupan manusia beserta seluruh aspek kehidupannya.
Perkembangan umat manusia pada masa lampau dimulai dari tingkat yang sederhana menuju pada tingkat yang paling komplek dan bertambah maju. Di mana pada masa itu manusia praaksara belum mengenal bahasa, karena organ-organnya seperti mulut, bibir, lidah belum berkembang dengan sempurna, maka tidak dapat digunakan untuk berbicara. Sedangkan alat-alat yang digunakan terbuat dari batu, seperti kapak perimbas, kapak lonjong, kapak Sumatralit. Maka menunjukkan bahwa tingkat berpikir pada manusai praaksara belum berkembang, karena volume otaknya kurang dari 900cc sehingga belum dapat berpikir dengan sempurna.
Pada perkembangan lebih lanjut, manusia sudah mulai mengalami kemajuan dan bahkan bertambah maju. Kemajuan yang dialami oleh manusia seiring dengan pertumbuhan fungsi-fungsi organ tubuh yang lebih sempurna sehingga dapat berbicara dan berpikir. Hal ini ditunjukkan dengan digunakannya peralatan yang terbuat dari logam seperti kapak corong, bejana perunggu, candrasa dan sabit. Selain itu manusia juga sudah mengenal tulisan, sehingga dapat meninggalkan bukti-bukti tertulis seperti prasasti.
c.       Pengertian sejarah berdasarkan pandangan para tokoh
Pandangan para tokoh terhadap pengertian sejarah sangat beragam, hal ini dipengaruhi oleh cara pandang yang berbeda-beda tergantung pada perkembangan kehidupan yang pernah dialaminya. Sehingga ada yang memandang bahwa sejarah berhubungan dengan proses terbentuknya dinasti, silsilah keturunan raja dan kaum bangsawan dengan segala kemewahan dan kekuasaannya. Ada pula yang berpendapat bahwa sejarah berhubungan dengan peristiwa-peristiwa peperangan, pergantian raja, pergantian kekuasaan dan sebagainya.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai pengertian sejarah berdasarkan pendapat para tokoh-tokoh, marilah kita pelajari bersama uraian materi dibawah ini :
1.      Aristoteles
Aristoteles adalah seorang ahli filsafat dari Yunani yang hidup antara tahun 384 s.M – 449 s.M. Menurut pendapatnya bahwa sejarah berbeda dengan puisi ataupun filsafat. Karena sejarah itu sendiri berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya artikular dan hal-hal aktual yang sudah terjadi. Sedang puisi dan filsafat berhubungan dengan hal-hal yang bersifat universal serta hal-hal yang ada atau mungkin ada.      
2.      Francois Bacon
Menurut Francois Bacon berdasarkan materi pokoknya sejarah berbeda dengan disiplin ilmu yang lain. Karena sejarah mempelajari hal-hal yang berkisar dalam waktu dan tempat, dengan menggunakan ingatan sebagai instrumen esensialnya
3.      Vico
Sejarah adalah disiplin ilmu pertama manusia, menurutnya manusia hanya dapat mengerti apa yang sudah diperbuatnya sendiri. Sehingga sejarah menjadi pusat pengertian manusia, karena manusialah yang menciptakan sejarah.
4.      Ibnu Khaldun
Dalam bukunya yang berjudul Al-Muqaddimah kitab Al-‘Ibar wa Diwan Al-Mubtada wa Al-Khabar  bahwa sejarah adalah pengetahuan tentang proses-proses berbagai realitas dan sebab-musababnya secara mendalam. Ia juga menegaskan bahwa seorang sejarawan yang baik memerlukan berbagai sumber data, aneka disiplin ilmu pengetahuan, perpektif yang baik dan konsisten yang akan mengantarkannya kepada kebenaran dan meminimalkan kekeliruan.
5.      Hasan bin Husain Al-Thuluni
Beliau adalah seorang arsitek yang berminat terhadap sejarah. Maka dalam karyanya yang berjudul An-Nuzhah assaniyyah fi Dzikr Al-khulafa wa Al Muluk Al-Mishriyyah menjelaskan bahwa sejarah untuk mencatat berbagai peristiwa.
6.      Collingwood
Sejarah merupakan ilmu atau suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang masalah tindakan manusia pada masa lalu. Untuk memperoleh jawaban maka harus menginterpretasikan bukti-bukti sejarah dan dari self  knowledge manusia.
7.      Mohammad Ali
Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah beliau menjelaskan bahwa pengertian sejarah berhubungan dengan :
-          Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan disekitar kita.
-          Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan disekitar kita.
-          Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan kejadian dan peristiwa dalam kenyataan disekitar kita.
8.      Kuntowijoyo
Menurut Kuntowijoyo sejarah itu menyuguhkan fakta-fakta secara diakronis, ideografis, unik dan empiris. Secara diakronis sejarah mencatat fakta-fakta yang berhubungan dengan perjalanan dan rentang waktu. Bersifat ideografis karena menggambarkan, memaparkan dan menceritakan sesuatu, berbeda dengan ilmu sosial lainnya, sejarah berusaha melukiskan sesuatu secara detail. Sejarah bersifat unik, karena berisi hasil penelitian tentang hal-hal yang unik dan khas yang berlaku pada sesuatu, hal yang ada pada suatu tempat dan waktu tertentu. Secara empiris bahwa sejarah bersandarkan pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh terjadi.
9.      W.J.S. Poerwadarminta
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta berpendapat bahwa sejarah meliputi tiga pengertian sebagai berikut :
a.       Sejarah berarti silsilah atau asal-usul.
b.      Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
c.       Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan tentang pengertian sejarah yaitu suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
Dengan demikian maka jelaskan bagi kita bahwa sejarah itu merupakan bagian dari disiplin ilmu pengetahuan. Sejarah bukan dongeng, bukan cerita fiksi, bukan cerita sandiwara. Tetapi sejarah didasarkan pada fakta-fakta nyata, peristiwa atau kejadiannya nyata, serta berhubungan dengan ruang, waktu dan manusia. Sedangkan cerita fiksi tidak didasarkan pada fakta-fakta konkret, tetapi hanya didasarkan pada daya imajinasi seorang pengarang. Peristiwa, tempat kejadian, waktu kejadian dan para pelakunya tidak nyata, hanya terdapat pada kahyalan sang pengarang saja.
Sebagai contoh bahwa sejarah itu ilmu, dan bukan cerita fiksi saja, simaklah dengan baik uraian diberikut ini :
A.    Bahwasanya pada abad ke –5 di Jawa Barat telah berdiri kerajaan Tarumanegara yang terletak ditepi sungai Citarum, diperintah oleh raja Purnawarman.
B.     Bahwasanya di pulau Jawa telah berdiri kerajaan Malpawati yang diperintah oleh Raja Anglingdarma dan Patih Batik Madrim.
Dari uraian singkat tersebut coba anda bedakan mana yang merupakan sejarah dan mana yang termasuk cerita fiksi.

DAI TOO-A SENSHOO = PERANG ASIA TIMUR RAYA



A.      Jepang menempatkan pasukannya di pulau Saipan, Tinian dan Guam
Pada masa Perang Dunia II, kepulauan Mariana yang terletak ditengah-tengah samudra Pasifik mempunyai peranan yang sangat penting bagi strategi kemiliteran. Kepuluan Mariana kira-kira memiliki 15 buah pulau kecil, tetapi terdapat 3 buah pulau besar seprti Saipan, Tinian dan Guam. Pada abad ke -15 kepulaun Mariana ditemukan dan dikuasai oleh bangsa Spanyol. Tetapi setelah Perang Dunia I berakhir, kepulaun tersebut oleh Liga Bangsa-Bangsa diserahkan pengawasannya pada Jepang. Ketika sedang berlangsung Perang Dunia II (1939-1945), kepulauan tersebut direbut kembali oleh Jepang agar dapat membangun pangkalan ANgkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Dengan menguasai pulau  Saipan, Tinian dan Guam, maka Jepang dapat mengendalikan kegiatan militernya dibenua Asia dari ancaman tentara Sekutu.
Untuk memperkuat pertahanan di pulau Saipan, Tinian dan Guam, pada bulan Februari 1944 pihak pemerintah Jepang mengerahkan 30.000-an orang tentara yang dilengkapi dengan 48 buah tank dan senjata berat. Hal ini perlu dilakukan oleh Jepang agar dapat menghadapi ancaman militer dari pihak Angkatan Laut dan Angkatan Udara Amerika. Selain itu, Angkatan Laut Jepang yang berkududukan di pulau Saipan mendapat dukungan dari Angkatan Udaranya yang berpangkalan di Filipina yaitu pulau Luzon dan Leyte. Di Filipina Angkata Udara Jepang memiliki 438 buah pesat tempur. Tetapi jumlahnya kalah besar jika dibandingkan dengan Angkatan Udara Amerika Serikat yang memiliki 891 buah pesawat tempur.
Karena Angkatan Udara Jepang dipulau Guam sudah hancur, maka pada awal bulan Agustus 1944 Amerika Serikat dengan mudah dapat mengalahkan Angkatan Laut Jepang yang berkedudukan di pulau Saipan. Sehingga 30.000-an orang tentara Jepang di pulau Saipan habis, karena gugur dalam pertempuran maupun yang bunuh diri (hara-kiri). Sementera itu , pulau Tinian juga dapat direbut oleh Amerika Serikat, tetapi selama 1,5 tahun pasukan Jepang masih mengadakan perang gerilya samapai 18.500 tentaranya habis, baik karena gugur maupun menyerah menjadi tawanan.
Setelah pulau Saipan, Tinian dan Guam dapat direbut dan dikuasai oleh tentara Amerika Serikat, akibatnya Perdana Meteri Jepang yaitu Jendral Hideki Tojo menyerahkan kekuasaan pemerintahannya pada Jendral Kunaiki Kaiso. Sebulum menjabat sebagai Perdana Meteri, Jendral Kuaniki Kaiso pada mulanya menjabat sebagai Gubernur Militer di Taiwan (kepulauan Formosa). Melalui perantaraan Duta Besar Swedia yang berkedudukan di Tokyo, akhirnya pemerintah Jepang minta perundingan damai dengan pihak Sekutu. Sekutu mau berdamaia, asalkan pemerintah Jepang mau menyerah tanpa syarat.
B.      Amerika merebut pulau Saipan, Tinian dan Guam dari Jepang
Untuk mengalahkan tentara Jepang baik dalam Perang Dunia II maupun Perang Asia Timur Raya, pihak Amerika Serikat berusaha untuk merebut pulau Saipan, Tinian dan Guam dari Angkatan Laut dan Angkatan Udara bala tentara Jepang.
Laksamana Nimitz bersama Laksamana Mare Mitcher memimpin operasi militer Angkatan Laut Amerika Serikat guna merebut tiga pulau di Mariana. Dengan menguasai pulau Siapan, Tinia dan Guam, maka pihak Amerika Serikat dapat membangunan pangkalan Angkatan Laut dan pangkalan Angkatan Udaranya. Karena jarak antara pulau Saipan, Tinian dan Guam dengan Jepang sudah dekat, sehingga Angkatan Udaranya dapat mengadakan serangan udara terhadap pasukan Jepang menggunakan pesawat bomber jenis B-29. Selain itu, pasukan Amerika juga berusaha untuk merebut pangkalan Angkatan Laut dan Angkatan Udara tentara Jepang yang berkedudukan di pulau Lozon dan Leyte di Filipina serta kepulauan Formosa di Taiwan.
Sasaran pertama Angkatan Laut Amerika Serikat yang dipimpin oleh Laksamana Mare Mitcher yaitu menyerang dan menguasai pulau Saipan dari tentara Jepang. Sehingga pada awal bulan Juni 1944 Angkatan Udara Amerika Serikat mendaratkan 20.000-an orang pasukan. Tetapi pada pertempuran malam hari selama 8 jam, pihak Amerika Serikat sudah kehilangan 200-an orang tentara. Hal ini dapat terjadi, karena ada perlawan terus menerus dari pihak tentara Jepang yang berusaha untuk mempertahankan pulau Saipan. Pertempuran yang baru selesai pada jam 6 pagi menimbulkan korban jiwa sejumlah 700-an orang tentara baik dari kedua belah pihak. Meskipun harus menghadapi serangan-serangan kecil dan berbagai macam gangguan dari tentara Jepang, akhirnya pada awal bulan Agustus 1944 Angkatan Laut dan Angkatan Udara Amerika Serikat dapat merebut pulau Saipan dari Jepang.
Tentara Amerika Serikat mengetahui bahwa Jepang sedang memperkuat pasukannya di pulau Luzon dan pulau Leyte di Filipina yang dipimpin oleh Laksamana Ozawa. Sehingga pihak Angaktan Udara Amerika Serikat yaitu Task Force mengerahkan 891 buah pesawat tempur untuk menandingi kekuatan Angkatan Udara Jepang yang didukung oleh 430 buah pesawat tempur. Untuk itulah, maka pihak Amerika Serikat menghancurkan Angkatan Udara Jepang di Filipina agar tidak dapat membantu pasukan Angkatan Lautnya di pulau Saipan. Karena pasukan Angkatan Laut Jepang sudah kehilangan dukungan Angkatan Udara, maka dengan mudah Angkatan Laut Amerika yang dipimpin oleh Laksamana Mare Mitcher dapat merebut dan menguasai pulau Guam dari Jepang.
C.      Pulau-pulau wilayah asli Jepang terancam oleh Tentara Sekutu
Dengan dikuasainya kepulauan Mariana seperti ; Sipan, Tinian dan Guam, maka Amerika Serikat dapat membanguna pangkalan udaranya sebagai tempat pendaratan pesawat tempur bomber jenis B-29. Pesawat tempur tersebut besar dapt membawa bom serta memerlukan lapangan terbang yang luas, dekat dengan sasaran dan tidak kawatir kehabisan bahan bakar. Karena pulau-pulau tersebut tidak jauh dari wilayah asli Jepang, sehingga pasukat Angkatan Udara Amerika Serikat dapat dengan mudah menjatuhkan bom.
Sementara itu Sekutu juga sudah berhasil menyelesaikan perang diwilayah benua Eropa seperti di Italia dan Jerman. Dengan demikian Sekutu dapat berkonsentrasi untuk menghancurkan kekuatan militer Jepang.Gerakan pasukan Sekutu juga berhasil merebut Papau sebelah utara, Tarakan, Balikpapan, Morotai dan sekitarnya dari kekuasaan Jepang. Setelah serang diteluk Mutiara, pihak Amerika Serikat memerintahkan serangan kapal selam tak terbatas terhadap kapal musuh baik kapal perang, kapal barang maupun kapal penumpang. Hal ini dilakukan oleh Amerika Serikat sebagai balas dendam terhadap serangan kapal selam Jerman terhadap kapal-kapal Sekutu pada pertempuran di teluk Mutiara.
Setelah berhasil merebut Filipina, tentara Sekutu ingin merebut pulau Kiusyhiu dan Honsyu. Oleh karena itu pihak Sekutu mengerahkan pasukan Angkatan Darat yang dipimpin oleh Jendral Douglas Mac Arthur, Angkatan Laut dipimpin oleh Laksamana Chester W. Nimitz. Mulai bulan Agustus 1944 pasukan Amerika mejatuhkan bom diwilayah Iwojima yang berada ditengah-tengah pulau Honshu dan kepulauan Mariana. Serangan tentara Amerika tidak hanya dilakukan dari udara saja, tetapi juga melakukan penyerangan melalui laut. Pihak Sekutu memperkirakan dapat merebut pulau Iwojima hanya selama beberapa hari saja, tapi pada kenyataannya pertahanan Jepang dipulau itu sangat kuat, tidak dapat dilihat dari udara maupun dari laut. Maka sebelum diadakan serangan lebih lanjut, pihak Amerika mengirimkan mata-mata supaya pihak Jepang mengira bahwa serangan sudah dimulai. Ternyata siasat ini dapat berhasil mengetahui meriam-meriam Jepang yang pada mulanya disembunyikan dan dirahasiakan. Sehingga ketika pihak Amerika mendaratkan pasukan sejumlah 30.000 orang tentara dapat mengurangi jumlah korban yaitu hanya 519 orang tewas dalam pertempuran. Setelah Iwojima berhasil direbut dalam tempo tiga bulan, kemudian pasukan Amerika mengibarkan bendera dipuncak gunung Suribashi yang tingganya hanya ratusan meter. Setelah Iwojima, pasukan Amerika mulai menyerang wilayah asli Jepang seperti pulau Riukiu dan Akinawa yang merupakan pintu gerbang masuk wilayah Nippon. Dari Iwojima angkata udara Amerika Serikat dapat menyerbi kota Tokyo pada waktu malam hari sering dijatuhi bom. Tentara Amerika pada jam 10 pagi dapat merebut lapangan terbang di Okinawa, kemudian markas besarnya Letnan Jendral Ushijima.
Guna menghadapi serbuan tentara Sekutu, maka pimpinan angkataran darat tentara Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jendral Kuribayashi memperkuat pertahanan di Iwojima. Kemudian memerintahkan pada pasukannya agar membangun terowongan untuk menyembunyikan meriam disepanjang garis panta serta dijaga oleh 21.000 orang tentara. Perlawanan Jepang terhadap tentara Amerika dilakukan secara mendadak, perang gerilya dan pada ujung senjata pasukan berani mati Jepang dilengkapi bayonet yang siap merobek perut lawan. Karena tidak sanggup lagi mempertahankan Iwojima, maka Markas Tertinggi Tokyo memerintahkan supaya pasukannya dapat menghambat tentara Amerika Serikat. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan banyak korban dan kerugian pada pihak musuh. Untuk menghadapi pasukan marinir Amerika yang dipimpin oleh Laksamana Muda Marc Mitcher, Jepang mengerahkan pasukan Kamikaze (pasukan berani mati), sehingga dapat menghancurkan dua kapal pengangkut milik musuh. Sehingga dalam pertempuran dua hari saja pasukan Kamikaze sudah dapat menghancurkan 1900 kapak musuh. Pihak Jepang juga mengerahkan pasukan darat guna menjaga pulau Okinawa yang dipimpin oleh Letnan Jendral Ushijima.
D.      Hubungan kekalahan Jepang pada Perang Asia Timur Raya dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia
Dalam pidatonya didepan sidang TEIKOKU GIKEI (Dewan Tertinggi Peperangan) yang ke 85, Perdana Manteri Jepang Jendral Kunaiki Kaiso menjelaskan bahwa setahun yang lalu penduduk Hindia Timur (sebutan Indonesia jaman penjajahan) diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pemerintahan. Untuk menyelesaikan perang Asia Timur Raya supaya semua pada sadar akan tujuan dan maksud Dai Nippon dan dapat membuat senang pemerintah Kerajaan Jepang. Berhubungan dengan masalah tersebut, pada kesempatan ini diumumkan bhwa Dai Nippon memberi kesempatan pada bangsa Indonesia untuk merdeka dikemudian hari.
Pada pidato tersebut, pemerintah Jepang tidak menyebutkan bulan dan tahun yang pasti, tetapi menurut Koran Asia Raya hanya menyebutkan  “memperkenankan kemerdekaan kelak pada kemudian hari”. Pada waktu itu bertepatan dengan bulan September 1944 atau di Indonesia bertepatan dengan bulan Ramadan.
Sedangkan pada waktu sebelumnya dikalangan para pemimpin Jepang sudah bermusyawarah untuk memberikan kemerdekaan pada bangsa Indonesia. Tetapi masih ada pihak-pihak yang tidak setuju, karena masih ingin menjajah Indonesia. Ada pula yang menghendaki bahwa yang diberi kemerdekaan pulau Jawa dan Sumatera dulu, sedangkan pulau-pulau yang lain masih didalam pengawasan Angkatan Laut Jepang, tetapi kedudukannya tidak berubah (tetap sebagai daerah jajahan). Di pihak lain adanya yang menghendaki pulau Jawa dulu yang merdeka, kemudian secara perlahan-lahan menyusul pulau-pulau yang lain.
Hasil sidang  TEIKOKU GIKEI (Dewan Tertinggi Peperangan) ke 85 kemudian dikirimkan dari Tokyo pada panglima bala tentara Jepang Asia Tenggara yaitu Marsekal Terauchi yang berkedudukan di Shonanto (sekarang Singapura). Kemudian diteruskan ke Jakarta dan diterima oleh Saikko Shikikan. Berita keputusan tersebut oleh Saikko Shikikan disampaikan pada Ir. Soekarno, tetapi pada saat itu sedang bekerja sebagai romusha di Bogor. Setelah mendapat kontak dari Jepang, Ir. Soekarno segera pulang ke Jakarta, kemudian menghadap Saikko Shikikan untuk mengucapkan terima kasih telah diberi kemerdekaan (meskipun kelak pada kemudian hari).
Pada pidatonya Saikko Shikikan menyatakan bahwa “Dai Nippon Teikoku menganggap bahwa bangsa Indonesia sebagai saudara muda, mau membimbing dengan tulus ikhlas, diantaranya dengan member kesempatan dalam pemerintahan, memperkuat ekonomi, mengangkat derajat melalui pendidikan serta dengan cara-cara yang lain. Saya mengharapkan agar dihari yang bahagia ini seluruh penduduk supaya memperbaharui tekadnya, berjuang mati-matian dengan bekerja keras, serta memperkuat kekekuatannya agar dapat memenangkan peperangan. Supaya penduduk ditanah Jawa ini bersatu padu, bergabung menjadi satu mengadakan serangan umum, sehingga kita dapat memenangkan peperangan yang suci ini.”
Dalam pidato balasannya, Ir. Soekarno menyampaikan “Sebelum dijajah Belanda, kita sudah berdiri sebagai bangsa yang merdeka, bangsa yang dihormati, kuat, makmur. Kita semuanya merasa durhaka pada nenek moyang kita, dosa pada para pahlawan kita yang sudah gugur ketika melawan para penjajah, apabila kita sekarang tidak sungguh-sungguh mengambil kembali kemerdekaan, kekuatan, kemakmuran serta kehormatan bangsa.”
Sebenarnya Bung Karno, Bung Hatta dan Ki Bagus Hadikusumo pernah menemui Perdana Menteri Jendral Hideki Tojo untuk menanyakan masalah kemerdekaan. Tetapi Perdana Meteri Jendral Hideki Tojo hanya menjawab bahwa pihak tidak mempunyai wewenang untuk membicarakan masalah kemerdekaan pada bangsa Indonesia. Sebelum tiga orang tokoh bangsa Indonesia itu datang ke Tokyo, sduah menyampaikan surat terlebih dahulu pada Perdana Meteri Jendral Hideki Tojo melalui Pimpinan Angkatan Laut Jepang di Jakarta yaitu Laksamana Maeda yang simpati terhadap gerakan nasional Indonesia. Tindakan tiga orang tokoh ini oleh pemimpin bala tentara Jepang Asia TImur yaitu Marsekal Terauchi dianggap tidak menyenangkan dan menyalahi prosedur, mendahului hierarkhi ketentaraan.
Pada acara pertemuan negara-negara Asia Timur, bangsa Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 70 juta tidak diundang sebagai perserta apalagi sebagai penggembira. Namun yang membuat tiga tokoh bangsa Indonesia tersebut heran, negara-negara lain seperti Tiongkok Nasionalis, Birma, Filipina, Muangthai, Manchuria serta India diundang untuk menghadiri  pertemuan negara-negara Asia Timur.
Kemudian Chuo-Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat) mengundang Bung Karno, Bung Hatta dan Ki Bagus Hadikusumo untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pada Saiko Shikikan yang berbunyi “ Bagaimana cara dan tindakan untuk membuktikan keihklasan serta rasa terimakasih pada bangsa Indonesia pada Pemerintah Agung Dai Nippon serta pada balatentara, serta bagaimana caranya membangun kemauan rakyat yang lebih hebat lagi dan mengobarkan semangat perjuangan untuk menghancurkan Inggris dan Amerika.” Keputusan sidang  Chuo-Sangi-In yaitu mengucarkan terima kasih pada Tenno Heika serta pemerintah pusat Dai Nippon serta balatentaranya yang sudah banyak berkorban untuk mendukung Perang Asia Timur Raya, bangsa Indonesia tetap sehidup semati dengan Nippon. Baik sebelum merdeka maupun sudah merdeka.”
Selanjutnya untuk mewujudkan pernyataannya pada pemerintah Jepang, para pemimpin bangsa Indonesia membentuk Barisan Pelopor yang dipimpin oleh Bung Karno serta didampingi oleh Otto Iskandardinata, Raden Panji Suroso dan dr. Buntaran. Dengan demikian barisan pelopor ini dikuasai oleh kaum nasionalis bukan oleh orang Jepang. Sedangkan gerakannya semi militer, tetapi hanya terdapat dipulau Jawa saja, sedangkan dipulau-pulau yang lain belum ada. Sementara itu perang Asia TImur Raya semakin hebat, tentara Jepang sudah terdesak. Sekutu sudah dapat mendekati wilayah asli Jepang, tetapi bangsa Indonesia tambah sengsara.
Kira-kira 10 hari setelah pemerintah Jepang menyatakan akan memberi kemerdekaan, pihak Amerika dari udara menyebarkan selebaran diwilayah Jakarta, Bogor dan Surabaya. Isi selebaran tersebut berbunyi bahwa Van der Plas salah satu pejabat Belanda menyatakan bahwa Jepang sudah kalah perang, mengajak bangsa Indonesia  untuk membangun Indonesia baru. Anehnya dua minggu setelah penduduk di Jawa selesai mengadakan pestapenduduk diluar pulau Jawa sudah mendengar kabar kemerdekaan kelak pada kemudian hari tersebut.
E.       Hubungan kekalahan Jepang pada Perang Asia Timur Raya dengan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Setelah Sekutu dapat merebut Saipan, Tinian, Guam, Solomon, Papua, Ambon, Makasar, Menado, Balikpapan dan Surabaya, Jepang merasa akan kalah perang. Untuk menjaga agar rakyat Indonesia yang dianggap masih tenang, tidak memberontak dan tetap setia, maka pemerintah Jepang segera membentuk Dokuritsu Zunbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) kemudian mengadakan sidang dibekas gedung Volksraad (setelah direbut oleh Jepang dari Belanda digunakan sebagai gedung Chuo Sangi Kai atau Dewan Pertimbangan Pusat). Pada sambutan pembukaan siding, dr. Radjiman Wedyodiningrat selaku ketua BPUPKI menyampaikan pertanyaan;”Apa yang menjadi dasar bagi Negara Indonesia yang akan dibentuk?” Di antara para anggota BPUPKI ada yang menjawab; demokrasi parlementer, demokrasi presidensiil seperti Amerika, Indonesia menjadi negara Islam, Indonesia bebas dari pengaruh agama dan negara kerajaan.
Pada sidang hari ketiga, tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno mulai memberikan jawaban terhadap usul dan pendapat dari para anggota. Menurut keterangan Bung Hatta dalam “Mohammad Hatta Memoir” terbitan Tinta Mas, 1982, bahwa Ir. Soekarno berpidato panjang lebar selama 1 jam. Dalam pidatonya Ir. Soekarno menjelaskan bahwa kita tidak bisa membangun Negara dan bangsa atas dasar Deklarasi Kemerdekaan seperti Amerika Serikat, Manifesto Komunis seperti Uni Soviet. Kita tidak bisa meminjam falsafah hidup dari bangsa lain, seperti Tenno Heika Seishin yaitu Semangat Kedewaan Kaisar.
Selain itu, Ir. Soekarno juga menyampaikan lima dasar yang sangat tinggi nilai, seperti Nasionalisme, Internasionilme, Demokrasi, Keadilan Sosial dan ke-TUHAN-an Yang Maha Esa. Hebatnya, dalam pidato tersebut Ir. Soekarno tidak membaca teks dan sama sekali tidak pernah menyebut-nyebut Dai Hippon, sehingga para pejabat Jepang yang hadir dalam sidang tersebut merasa kecewa dan tidak senang. Padahal, sebelum BPUPKI terbentuk, pada setiap pidato didepan para pejabat Jepang, Ir. Soekarno selalu menyebut-nyebut; Dai Nippon, tetap setia kepada Tenno Heika, mengajak sehidup semati dengan Dai Nippon.
 Setelah sidang selasai, kemudian dibentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang. Didalamnya terdapat wakil dari Islam, wakil dari Kristen dan wakil yang dianggap ahli konstitusi. Sedangkan tugas Panitia Sembilan adalah merumuskan dengan jelas dan singkat mengenai Dasar Negara. Menurut Ir. Soekarno Dasar Negara disebut PANCASILA. Dalam buku memoarnya, Drs. Mohammad Hatta menjelaskan urutan-urutan PANCASILA, sebagai berikut :
1.       Ke-TUHAN-an Yang Maha Esa, sila pertama ini merupakan penyatuan dari sila-sila seluruhnya yang berjumlah lima.
2.       Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3.       Persatuan Indonesia. Bertujuan untuk menunjukkan kepada Jepang bahwa bangsa Indonesia tetap bersatu tidak mau dibagi-bagi.
4.       Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
5.       Keadilan Sosial Bagi Rakyat Indonesia.
F.       Bung Karno dan Bung Hatta di ungsikan oleh para pemuda ke Rengasdengklok
Tanggal 15 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat tiba kembali dilapangan terbang Kemayoran pulang dari Saigon. Tiga tokoh tersebut diundang oleh Panglima Angkatan Perang Jepang di Asia Selatan yaitu Marsekal Terauchi untuk memperoleh penjelasan “masalah kemerdekaan yang tergantung pada keputusan bangsa Indonesia sendiri.” Dilapangan terbang Kemayoran, tiga orang tokoh tersebut dijemput oleh para pejabat Jepang, selanjutnya diajak menghadap pada Gunseikan sebagai kepala pemerintahan dipulau Jawa. Disana mereka mendapat ucapan selamat serta diajak makan siang oleh Gunseikan.
Menurut keterangan Bung Hatta dalam “Mohammad Hatta Memoir” terbitan Tinta Mas, 1982, antara lain menyebutkan: Kira-kira jam loro awan sampai dirumahnya yang sekarang terletak di Jln Diponegoro. Disana sudah ada Sutan Syahrir yang sudah menunggu selama setengah jam, kemudian mengabarkan bahwa Jepang sudah minta damai. Terus bagaimana mengenai kemerdekaan bangsa kita ? Lebih baik Bung Karno saja yang mengumumkan kemerdekaan melalui radio. Kalau diumumkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan, akan dianggap kemerdekaan sebagai pemberian Jepang.
Karena Bung Hatta kaget dengan kabar dari Sutan Syahrir, kemudian mengajak pergi kerumahnya Bung Karno dijalan Pegangsaan Timur no. 56 Djakarta (sekarang menjadi Jl. Proklamasi). Ketiganya kemudian musyawarah bersama, Bung Karno sendiri sudah mendengar mengenai serangan pasukan Uni Soviet ke Monsyukuo yang menyebabkan Jepang mengajak berdamai. Bung Karno juga percaya mengenai kabar yang didengar oleh Sutan Syahrir dari radio Sekutu yang hanya mengumbar suara saja.
“Lebih baik sekarang aku dengan Bung Hatta mengecek lansung kekantor Gunseikanbu” begitu kata Bung Karno. Selanjutnya Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo menemui pimpinan Jepang dikantor Gunseikanbu. Tetapi kantor tersebut sudah kosong, yang ada hanya para penjaga. Sejak saat itu Bung Karno percaya dengan kabar dari Sutan Syahrir, sedangkan Mr. Ahmad Subardjo mengusulkan agar menemui Laksamana Maeda sebagai wakil Angkatan Laut pada daerah yang dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang. Laksamana Maeda juga memberikan selamat mengenai kemerdekaan seperti yang telah disampaikan oleh Marsekal Terauchi. Tetapi ketika Bung Hatta minta keterangan mengenai menyerahnya Jepang, Laksamana Maeda tidak memberikan jawaban. Sehingga Bung Karno dan Bung Hatta, tanggap mengenai keadaan yang sesungguhnya.
Tiga orang tokoh tersebut kemudian pergi dari rumah Laksamana Maeda. Pada Bung Karno, Bung Hatta mengusulkan agar PPKI segera mengadakan siding pada tanggal 16 Agustus 1945. Kemudian Mr. Ahmad Subardjo disuruh agar mengundang para anggota PPKI dari luar Jawa supaya menginap di Hotel des Indes jam 10.00 pagi. Sedang rapat PPKI akan diselenggarakan di Kantor Sanyo Kaigi (dahulu gedung Volksraad) dan sekarang menjadi gedung Kementrian Luar Negeri.
Pada sore hari dirumah Bung Hatta ada dua orang tamu yaitu Soebandio Sastrosatomo dan Soebandio Djojohadikusumo yang menjelaskan bahwa Jepang sudah kalah perang. Pada waktu yang sama Mr. Ahmad Subardjo juga datang. Kedatangan Mr. Ahmad Subardjo untuk memberikan kabar bahwa Bung Karno sedang dikerumuni para pemuda yang memaksa agar kemerdekaan segera dikumandangkan. Tetapi diteolak keras oleh Bung Karno, sehingga para pemuda mengancam “Kalau Bung Karno ragu-ragu mengumandakan kemerdekaan pada malam in juga, maka pada besok pagi akan terjadi banjir darah. Mendengar ancaman para pemuda kemudian Bung Karno berkata “Ini leherku, kalau kamu mau membunuhku, putuskan. Tidak usah menunggu besok pagi!” Kemudian Wikana mundur dari hadapan Bung Karno.
Pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945, ketika Bung Hatta akan makan sahur, karena pada saat itu sedang bulan Romadhlon, para pemuda menemuinya dan menyampaikan bahwa rakyat bersama para mahasiswa pada jam 12.00 siang akan menyerbu Jakarta. Kemudian Bung Hatta menyakinkan para pemuda, meskipun sekarang Jepang sudah kalah, tetapi tentaranya dipulau Jawa masih utuh. Sebab dengan menyerang Jepang di Jakarta tidak berarti mengadakan revolusi, tetapi membuat huru-hara yang dapat merugikan revolusi itu sendiri.
Kemudian Sukarni bicara;”Bung, sudah menjadi kesepakatan para teman pemuda, Bung Karno supaya ikut kami dibawa ke Rengasdengklok.” Bung Hatta ingat bahwa besok PPKI akan mengadakan rapat untuk membicarakan masalah proklamasi. Akhirnya Bung Hatta menuruti permintaan Sukarni. Setelah menjemput Bung Karno, dengan naik mobil dengan dikawal para pemuda, kemudian pergi ke Rangasdengklok. Ibu Fatmawati beserta putranya Guntur yang masih berumur 9 bulan juga ikut serta dibawa ke Rengasdengklok.
Camat Rengasdengklok kaget, pada malam hari kedatangan para tokoh-tokoh bangsa bersama para pemuda. Kemudian Bung Karno menjelaskan “Di sini kita ditawan para pemuda yang katanya ingin mengadakan revolusi, menyerbu serta menangkap Jepang yang ada di tanah Jawa sini.” Mendengar perkataan Bung Karno, Pak Camat kemudian bilang “Apa ya bias ?”
Selanjutnya Bung Karno sekeluarga dan Bung Hatta ditempatkan dirumahnya keluarga Tionghoa yang tidak jauh dari asrama PETA. Tengah siang hari Sukarni lapor bahwa Mas Soetarjo Kartohadikoesoemo yang sedang memeriksa mengenai keadaan beras diwilayahnya ditahan. Bung Hatta menyuruh agar Mas Soetarjo Kartohadikoesoemo supaya kumpul bersama satu rumah.
Pada sore hari pada hari yang sama, Sukarni lapor bahwa Mr. Ahmad Subardjo baru saja datang dari Jakarta. Kemudian Mr. Ahmad Subardjo menyampaikan ; “Apa perlunya para sampai pemimpin dibawa kesini, sebab di Jakarta masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan? Jangan membuang-buang waktu disini, lebih baik pulang kembali ke Jakarta saja.”
Setelah pulang kembali ke Jakarta, setelah Mas Soetarjo Kartohadikoesoemo, Ibu Fatmawati dan Guntur, kemudian para tokoh-tokoh bangsa pergi kerumah Bung Hatta untuk mengatur acara rapat PPKI. Kemudian datang jurubahasa pemerintah Jepang yaitu Miyoshi bahwa Soekarno-Hatta pada mala mini juga harus bertemu dengan Mayor Jendral Nishimura selaku pejabat Urusan Umum Pemerintahan Dai Nippon. Hal itu terjadi kira-kira jam 10.00 malam hari.
G.     lllllllll
H.      Perjuangan Mengisi Kemerdekaan
1.       Pembentukan Organisasi Pemuda
Sudah menjadi kodrat dari Yang Maha Kuasa, bahwa terbentuknay Negara Kesatuan Republik Indonesia ini didukung oleh golongan pemuda yang diwakili oleh Soekarni, Wikana serta golongan tua yang diwakili oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terbentuk, golongan pemuda tetap berjuang, istilah ada waktu itu mengisi kemerdekaan. Para pemuda membentuk berbagai macam organisasi politik dan organisasi semi militer. Pusat organisasi pemuda dimulai dari Jl. Menteng Raya 31, Jakarta (sekarang menjadi museum perjuangan), kemudian menyebar kekota-kota lain. Sehingga pada masa awal kemerdekaan berdiri berbagai organisasi pemuda, seperti Pemuda Republik Indonesia, Pemuda Andalas, Hizbullah, Sabilillah, Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, Pemuda Indonesia Maluku, Ikatan Pemuda Kalimantan dan lain-lain. Dari kalangan pelajar juga membentuk organisasi, seperti Ikatan Pelajar Indonesia, Tentara Pelajar, Tentara Republik Indonesia Pelajar, Tentara Genie Pelajar dan Corp Mahasiswa. Sedangkan bagi pemuda yang berjuang melalui politik kemudian membentuk Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Pemuda Kristen Protestan Indonesia, Pemuda Katholik, Angkatan Comunis Muda dan lain=lain.
2.       Tentara Sekutu Masuk Indonesia
Mungkin karena sudah menjadi kehenkan TUHAN, bahwa datangnya pasukan Sekutu ke Indonesia terlambat. Setelah Jepang kalah perang, Kepala Staf Gabungan Pasukan Sekutu (Joint Chiefs of Staff) menugaskan pasukan Inggris untuk menjaga pulau Jawa dan Sumatera di Indonesia, jangan sampai terjadi perubahan. Sedangkan tugas lain pasukan Inggris di Indonesia adalah melucuti senjata tentara Jepang, mengeluarkan para tawanan (orang Belanda) dari kamp-kamp tentara Jepang.
Terlambatnya pasukan Inggris masuk ke Indonesia, karena kekurangan kapal pengangkut yang sudah rusak selama perang. Inggris kurang senang ditugaskan di Indonesia, karena bukan wilayah jajahannya. Tentara Inggris sedang istirahat dan ingin berkumpul bersama keluarga, setelah berhasil mengalahkan lawan. Karena keterlambatan tersebut, maks menjadi  kesempatan yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan, memilih presiden dan wakil presiden, membentuk kabinet, membentuk Badan Keamanan Rakyat, mengangkat gubernur.
Setengah bulan setelah Indonesia merdeka, tentara Inggris mendarat di Jawa, Sumatera, Medan, Padang, Jakarta Semarang dan Surabaya. Masuknya tentara Inggris menimbulkan perlawanan, karena minta agar rakyat Indonesia menyerahkan senjata. Selin itu, masuknya tentara Inggris ke Indonesia diboncengi oleh pasukan NICA-Belanda. Setelah Belanda dikalahkan oleh Jepang, kemudian membentuk pemerintah pelarian di Australia, yaitu Netheland Indische Civil Administration. Karena sudah tidak memiliki apa-apa, Belanda mengikuti pasukan Inggris masuk ke Indonesia, sehingga menimbulkan kecurigaan bagi pihak Indonesia.Akibatnya timbul pertempuran di Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Ambarawa, Magelang, Palembang dan daerah-daerah lain.